Posted by MATERI SEKOLAH ONLINE on Tuesday, 2 June 2015
Label:
Artikel,
Label:
Cerpen,
Label:
SMA,
Label:
SMK
Taman Hati
Bagai mana rasanya kehilangan orang yang paling kita sayang? tanyakan
ini padanya jika ia dapat berkata kata, maka ia akan menjawab, Friska, bocah
tegar yang setia menanti secerca kebahagian, ia tinggal dan berbagi cerita
bersama kakak tercinta, Nira, dengan keseharian mereka sebagai pedagang
asongan.
Mendengar lagu sendu serta sajak yang menusuk kalbu, tak sekali Friska
meneteskan air mata sebab mengingatkannya pada kenangan masa lalu yang kelam,
dimana ke dua orangtua mereka pergi jauh untuk selamanya, tanpa menyisakan
sebuah kata.
Sebagai tuna wicara ia hanya bisa mengekspresikan perasaannya lewat
tangis dan senyuman, mungkin nama ayah dan ibu akan membekas selamanya dalam
sanubari, berusaha tuk membuka lembaran baru lagi-lagi ia harus terjatuh dalam
kenangan itu jua.
Malam pun tiba, ia menatap bintang yang berkedip laksana mutiara
bertabur permata, membuat gadis lugu ini tersenyum manis, seperti biasa setiap
malam ia harus terlelap sendiri, sebab Nira harus pergi bekerja di rumah pak
seto majikannya, maklumlah demi adik tercinta ia harus banting tulang bekerja
siang dan malam, yakni sebagai pedagang asongan dan pembantu rumah tangga, “kak
bentar lagi ujan, aku takut” kata gadis kecil ini, ia cukup trauma dengan
dengan hujan, tak heran karena ia kawatir gubuk reot mereka terendam lagi,
“nggak usah takut kakak yakin ujannya gak bakalan datang, percaya sama kakak”
kata priska meyakinkan
Dengan gerakan tubuh yang mahir, sembari melangkah meninggalkan Friska dan
pergi menuju rumah pak seto.
Tak lama kemudian rintik hujan mulai turun, ditambah dengan riuh petir
yang menggema, tak terasa memasuki gubuk mungil gadis tunawicara ini, dengan
berusaha keras ia mengeluarkan air dari dalam rumah, mungkin tenaganya tak
sekuat itu, lelah, ia bebaring di tempat tidur, dan ditariknya selimut tipis
hingga menutupi setengah badan, tak kuat akan derita yang dihadapinya, ia pun
meneteskan air mata dengan rasa sedih yang mendalam, “ya tuhan jika nantinya
aku telah tiada, bantulah kak nira meniti kerasnya kehidupan” sembari ia
terbaring air hujan pun menemggelamkan gubuk penuh kenangan bersama ayah, kakak
dan bunda, kini ia akan tinggal di rumah baru, di taman firdaus tanpa seorang
kakak tentunya, hingga nanti nira menyusul mereka.