Posted by MATERI SEKOLAH ONLINE on Thursday, 21 May 2015
Label:
Cerpen,
Label:
SMA,
Label:
SMK
“BURUNG KENARI TERBANG BERPASANGAN”
Sepasang burung kenari terbang rendah melewati jendela kamarku.
Cericitnya seakan mensubstitusi kokok ayam pagi hari ini bagiku. Jam tujuh pagi
sudah. Tadi habis pencarianku pada muara kehidupan.
Small things mean somgething bigger than the big ones. Mungkin itu
maksudku.
CafĂ© Bean,Cilandak Town Square “ Ini sore
terakhir kita bertemu, Tin ...”. Suara itu seperti suara camar tenggelam diantara
ombak senja hari. Senja seperti saat kita bertemu kali ini.
Aku mengaduk frappuccino-ku dengan sekuat tenaga. Masygul. Seperti ada
beban jutaan ton yang harus kukeluarkan atau mungkin baiknya kuledakkan saja di
Town Square
megah ini.
Sepasang anak muda bergandengan. Seorang ibu menggeret anaknya yang agak
rewel. Laki- laki dan perempuan eksekutif juga dalam gegas dengan menenteng
bag.
Lalu, apakah kami, aku dan raka juga korban metropolis yang kadang-
kadang sok kuat. Pahal kita sudah cukup berdarah- darah akibat tersaruk
mengikuti pendar cahayanya?
Raka menatapku sejenak. Lalu dia tertawa. Asin. Basi. Lalu malah terdengar
sepak.
Sinis. Tapi aku suka. Raka lebih cool,
tapi sinis. Semntara aku sangat temperamental dan cenderung impulsive. Beda
dengan Raka yang program di otaknya tertata rapi, canggih, dan seakurat
Pentium. Dan dengan rasionalitasnya yang menurutku nggak berperasaan itulah ia
memilih menerima perjodohan itu. Perjodohan yang.... basi menurutku!
Sedikit flashback.
Aku dan Raka ketemu dua tahun lalu, waktu sama- sama menjalani tahun
terakhir kuliah pasca sarjana di Sydney. Aku ambil MBA diWollongonga, sementara
dia ambil ME di USW ( uni of Western Sydney).
Hubunganku dan Raka berlanjut hingga kami pulang ke tanah air tiga bulan
lalu. Selama hubungan kami sama sekali nggak penah melakukan hubungan yang
special. Tapi kami hanya saling menyayangi dengan segala kehangatan hati.
Karena kami hanyalah seorang pengelana pencari kehangatan dan ketulusan yang
sudah lama hilang dari hati kami.
“ Tapi aku mulai memikirkan sesuatu. Aku ingin punya anak. Dan mempunyai
keluarga yang bahagia.
Sore itu habis shalat ashar berjamaah kami duduk- duduk di pelataran
masjid. Ada
beberapa orang mengaji merdu. Di atas sana,
kulihat sepasang kenari berwarna- warni mencericit. Sedang kawinkah?
Lihatlah burung kenari sepasang itu. Engkau yang telah menciptakan
mereka, Tuhan. Engkau kirimkan mereka padaku agar aku mulai berpikir tentang
ketulusan dan keterpasangan yang sejati antara laki-laki dan perempuan.
Dan inilah aku, Valentino alias Tino, yang tengah
berdarah-darah dan merangkak mendekati Tuhan kembali. Tolong jangan campakkan
aku, Tuhan. Aku ingin lebih baik... paling tidak di sisa umurku ini.... seperti
Raka, sahabatku. Ya dia memang sahabatku yang paling baik dari teman- temanku
yang lain.