SANDI AMBALAN
Ø Ingatlah
di dalam tubuh itu ada gumpalan darah.
Ø Bila
darah itu baik, maka baiklah semua jasad dan kelakuan manusia.
Ø Bila
darah itu buruk, maka buruklah semua, ingatlah itu adalah hatimu.
Ø Tiada
yang lebih utama dari pada menolong yang lemah.
Ø Menegakkan
kebenaran tanpa kepongahan.
Ø Bertanggung
jawab karena sadar bahwa kehormatan itu suci.
Ø Tegak
berdiri menatap masa depan gemilang.
Ø Berkarya
bagi bunda pertiwi.
Ø Apalah
artinya sebuah nyawa, bila dibandingkan dengan korban yang tak terkendalikan.
Ø Apalah
artinya hidup senang, bila berdiri di atas bangkai.
Ø Kita
adalah pemersatu.
Ø Jangan
jatuhkan bila gelas-gelas itu telah retak, namun simpanlah dan mencari
perekatnya.
Ø Karena
kita berdiri di atas negeri pedamaian, Indonesia dengan pancasila. Dan kita
telah tetapkan janji kita.
Ø Tiada
sifat yang paling buruk kecuali manusia pelanggar janji.
Ø Tidak
kekejaman dan kekejian yang amat sekecil manusia yang minum darah saudaranya
sendiri.
Ø Tiada
kemunafikan yang paling buruk kecuali orang yang tak berpendirian.
Ø Dan
tiada siksa yang paling kejam kecuali bagi manusia yang tak berterima kasih
atas rahmat Tuhan.
Ø Kita
berkumpul disini untuk bersatu, bersaudara, bekerja, saling ingatkan dari dosa.
Ø Kita
berambalan karena kita adalah patriot bangsa.
Ø Karena
kita harapan-harapan.
Ø Dan
apakah kita akan mencampakkan kepercayaan ini begitu saja? Kitalah pandu
pertiwi, kesatria yang bertanggung
jawab.
SANDI AMABALAN
Denawa, kesatria teguh memegang janji. Teguh hati
dan pantang putus asa. Sebab keputus asaan adalah bukan penyelesaian.
Taqwa, mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
karena tahu larangan adalah dosa.
Denawa, hidup sederhana bersahaja dan kecermatan
dimilikinya. Tanpa membedakan besar kecil, tua muda, kaya miskin, dan buruk
baik rupa. Karena semua ciptaan Tuhan.
Denawa, selalu menjaga kehormatan karena tau harga
dirinya.
Tak hiraukan anjing melolong, dan celaan. Sebab
sudah pasti jalan yang dilalui adalah benar.
Kebenaran yang harus ditegakkan, tanpa takut
bahaya.
Kita tetapkan diri bersama. Denawa patuh, taat,
tetapi bukan membabi buta. Semuanya berpedoman. Semuanya beraturan.
Sebab bukan kecil yang akan dipikulnya. Bukan
ringan bebannya. Tetapi tanah air, bangsa, pandangan hidup dan kehormatan.
Denawa, tetap menuju keserasian, keseimbangan dan
keselarasan.